Jumat, 03 Juli 2015

Deskripsi Indonesia



Sejarah Penamaan Indonesia

Berbicara tentang sebuah nama pasti akan selalu bertalian dengan sebuah identitas, begitupun identitas itu sndiri pasti memiliki alur sejarah yang membuatnya bisa berdiri tegak sebagai suatu legalitas yang diakui bersama. Dalam tulisan ini saya akan menghadiahkan sedikit pengetahuan tentang “Sejarah Penamaan Indonesia” yang sepertinya pengetahuan kita hari ini belum sampai pada bagaimana kita mengetahui identitas bangsa kita sendiri dengan baik.Oleh karena itu mari kita bersama-sama berjuang melawan lupa demi transformasi kesadaran yang lebih baik.
            Sejarah penamaan Indonesia memiliki alur dan rangkaian sejarah yang cukup panjang, oleh karena itu untuk menghindari kelemahan kita semua tentang minat baca dan mehindarkan penulisan yang bid’ah saya akan mengemasnya secara singkat. Bebrapa penamaan bangsa lain terhadap Indonesia : kronik-kronik Tionghoa menyebutnya dengan “Nan-hai” (kepulauan laut Selatan,  catatan kuno bangsa India menyebutnya dengan “Dwipantara” (Kepulauan tanah sebrang), bangsa Arab menyebutnya dengan “Jaza’ir al-jawi” (Kepulauanj Jawa), bangsa-bangsa Eropa yang beranggapan bahwa Asia hanya terdiri dari Arab, Persia, India, dan Tiongkok menyebutnya dengan “Hindia”, pada masa kolonial, Bangsa Belanda menyebutnya dengan “Nederlandsch-Indie” (Hindia-Belanda) serta Jepang yang menyebutnya “To-Indo” (Hindia Timur), Eduard Dowes Dekker alias Mulatatuli menyebutnya dengan “Insulinde” (Kepulauan hindia), Ki Hajar Dewantara menyebutnya Indonesische sebagai penggangti nama persurat kabarannya dari Indische-persbureau menjadi Indonesiche-Persbureau.
            Berangkat dari segelumit nama-nama yang membingungkan di atas hanya penamaan yang di gunakan oleh Ki Hajar Dewantara terhadap media persnya agak mirip dengan kata Indonesia. Lalu darimanakah nama Indonesia itu? Mukjijat dari tuhan kah! Atau hanya hasil pikiran liar para Founding Father kita dahulu karena terdesak untuk segera memerdekakan bangsa ini. Untuk mengobati penyakit penasaran itu saya coba membaca pada literature lain yang kemudian saya temukan bahwa pada tahun 1847 di Singapura terbit sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAE). Jurnal Kepulauan Hindia Belanda yang dikelola oleh James Ricadson Logan (1819-1869) seorang Secotlandia yang meraih sarjana hukum dari universitas Edinburg. Yang kemudian di dususul pada tahun 1849 seorang ahli etnolog berkebangsaan Ingris bernama George Samuel Windsor Earl (1813-1865), menggabungkan diri sebagai redaksi majalah JIAE.
Dalam JIAE volume IV tahun 1850, halaman 66-67, Earl menulis artikel On the Leanding Characteristics of the Papuan , Australian and Malay-Polynesian Nasions. (Pada karakteristik terkemuka dari bangsa-bangsa Papua, Australia dan Malayu-Polinesia). Pada artikelnya Earl menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk kepulauan Hindia atau kepulauan Melayu untuk memiliki nama Khas (a distinctive name), sebab nama Hindia tidak lah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India yang lain. Earl mengajukan dua pilihan nama: Indunesia atau Malayunesia (“Nesos” dalam bahasa Yunani berarti Pulau”). Pada halaman 71 dalam artikelnya yang tertulis (diterjemahkan ke dalam bahasa Indoensia):
            “….Penduduk kep[ulauan Hindia atau kepulauan Malayu masing-masing akan menjadi “Orang Indonesia”atau “Orang Malayunesia”.
Earl sendiri menyatakan memilih nama Malayunesia (Kepulauan Malayu) dari pada Indunesia (Kepulauan Hindia), sebab Malayunesia sangat tepat untuk ras Melayu, sedangkan Indunesia bias juga digunakan untuk Cylon (sebutan Srilangka untuk saat itu) dan Maldives (sebutan asing untuk kepulauan Maladewa). Earl juga berpendapat bahwa bahasa Melayu dipakai oleh seluruh kepulauan ini. Dalam tulisannya itu Earl memang menggunakan itilah Malayunesia dan tidak menggunakan itilah Indunesia.
            Dalam JIAE volume IV itu juga, 252-347, James Ricadson Logan menulis artikel “The Ethnology of the Indian Archipelago” (Etnolog dari kepulauan Hindia). Pada tulisannya, logan pun menyatakan perlu nama khas bagi kepualauan tanah air kita, sebab istilah Indian archipelago (Kepulauan Hindia) terlalu panjang dan membingungkan. Logan kemudian memungut nama Indunesia yang dikemukakan oleh Earl, dan huruf U di gantinya dengan huruf O agar prlafalan atau pengucapannya lebih mudah, maka terciptalah istilah Indonesia. Untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia dengan tercetak pada halaman 254 dalam tulisan Logan (diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia)
            Mr Earl menyarankaan istilah etnografi “Indunesia”, tetapi menolaknya dan mendukung “Malayunesia”.saya lebih suka istilah geografis murni “Indonesia yang hanya sinonim lebih pendek untuk pulau-pulau hindia tau kepulauan Hindia”.
Ketika mengusulkan nama “Indonesia” sepertinya Logan tidak menyadari bahwa dikem,udian hari nama itu akan menjadi nama resmi. Sejak saat itu Logan secara konsisten mengunakan nama “Indonesia” dalam tulisan-tulisan ilmiahnya, dan lambat laun penulisan istilah itu menjadi popular dan menyebar di kalangan ilmuan etnologio dan geografi. Pada tahun 1884 guru besar etnolohgi di Universitas Berlin yang bernama Adolf Bastian (1826-1905) menerbitkan buku “Indonesiaen Oderdie Inseln des-Malayischen Archipel” (Indonesia atau pulau-pulau di kepulauan Melayu) sebanyak lima volume yang memuat hasil penelitiannya ketika mengembaradi kepulauan iotu pada tahun 1864 sampai 1880. Buku Bastian inilah yang kemudian popular di kalangan para sarjana Belanda, sehingga sempat timbul anggapan bahwa yang menciptkan istilah “Indonesia” adalah Bastian.
            Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa istilah “Indonesia lahir dari penamaan terhadap Jagat Etnografi yang yang dikemukakan oleh para etnolog Scotlandia dan Ingris yang tergabung dalam redaktur JIAE yang kemudian bertransformasi menjadi Identitas nation bangsa. Hal ini dapat kitabaca dalam perkembangan sejarah bangsa Indonesia era zaman pergerakan, ketika banyak bermunculannya sarjana-sarjana Indonesia pasca politik etis. Banyak dari mereka tersadarkan akan bangsa mereka yang terindas dan harus dipersatukan oleh identitas nation.
Seperti yang dibahas di awal Ki Hajar Dewantara mengawali penggunaan itilah Indonesia untuk penaman media persnya. Pada tahun 1920 menjadi titik balik sejarah pergerakan bangsa Indonsia, nama Indonesia yang sebelumnya merupakan istilah etnografi dan geografi di ambil alih oleh tokoh-tokoh kemerdekaan Indonesia, sehingga nama Indonesia akhirnya memiliki makna politis, yaitu sebagai identitas suatu bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan. Pada tahun 1922 M. Hatta mengubah nama Indische Vereeniging (perhimpunan Hindia) dengan Indonesische Vereeniging (Perhimpunan Indonesia. Kemudian banyak menyusul tokoh tokoh pribumi yang menggunakan istilah Indonesia sebagai identitas nastion. Kelimaksnya terjadi pada tanggal 28 Oktober 1928 sebagai hari lahirnya bangsa Indonesia yang kini kita kenal dengan sumpah pemuda. Pada akhirnya tanggal 17 Agustus 1945 istilah Indonesia dikukuhkan sebagai nama Negara merdeka setelah di proklamirkanya kemerdekaan Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar